Rabu, 14 Desember 2011

Karena Kebun Sawit, Ada Pembunuhan Di Lampung

Politikindonesia - Bila kejadian ini benar adanya, tentu telah terjadi tindakan kesewenang-wenangan yang diluar batas kepatutan manusia. Bukan hanya persoalan hukum semata. Bayangkan saja, bila masyarakat dibunuh, tanpa kejelasan alasannya.

Tontotan yang mengerikan itu diputar dihadapan Anggota Komisi III DPR RI. "Sudah-sudah, ini mengerikan sekali ini,"ujar Ahmad Yani, Anggota Komisi III DPR di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (14/12).

Dokumen video sadis itu dibawa Lembaga Adat Megoupak dari Propinsi Lampung. Mereka melakukan pengaduan mengenai adanya pembantaian masyarakat sipil oleh aparat yang terjadi sejak tahun 2009 hingga 2011.

Dalam rombongan Adat Megoupak, tampak Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi. Sementara dari Komisi hukum DPR dipimpin Bambang Soesatyo.

"Mohon menjadi kepedulian wakil rakyat agar keadilan dapat ditegakkan setegak-tegaknya,"ujar Saurip Kadi di gedung DPR.

Dalam pertemuan itu, Bob Hasan, Ketua Tim Advokasi Lembaga Adat Magoupak menjelaskan  kronologi adanya pembantaian dan kekerasan sadis tersebut.

Kata Bob, awalnya terjadi saat sebuah perusahaan bernama PT. Silva Inhutani milik warga negara Malaysia bernama Benny Sutanto alias Abeng bermaksud melakukan perluasan lahan.

Hal itu dilakukan sejak tahun 2003, namun upaya PT. Silva Inhutani membuka lahan untuk menanam kelapa sawit dan karet selalu ditentang penduduk setempat. Sebab, penduduk lebih memilih menanam Sengon dan Albasia.

Buntut dari penolakan warga, PT Silva Inhutani membentuk PAM Swakarsa yang juga dibekingi aparat kepolisian. Nah, setelah PAM Swakarsa terbentuk, kekerasan mulai terjadi, dimulai tahun 2009 hingga saat ini (2011).

Menurut Bob, selama tindak kekerasan itu, setidaknya sudah 30 orang menjadi korban pembantaian. Mulai dengan cara ditembak, disembelih dan disayat-sayat. YAng luka-luka, jumlahnya ratusan orang. Bahkan ada yang mengalami trauma dan stres berat.

"Kejadian terjadi di Mesuji, Sodong, juga Tulang Bawang. Kalau penyembelihan itu terjadi awal Januari 2011," ujar Bob.
(ftu/rin/kap)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar